Guaini digelar batu belah batu bertangkup dan amat ditakuti oleh ramai penduduk kampung. Pintu gua ini boleh terbuka dan tertutup bila diseru dan sesiapa yang termasuk ke dalam gua itu tidak dapat keluar lagi. Suatu masa dahulu di sebuah kampung yang bernama pemangkat yang berdekatan dengan gua ajaib ini, tinggal Mak Tanjung bersama dua orang
INDRAGIRI HILIR, - Salah satu cerita rakyat yang cukup terkenal di Riau adalah cerita rakyat Melayu Batu Belah Batu Betangkup batu yang telah terbelah kemudian menutup kembali. Cerita rakyat melayu ini telah ditulis dalam sebuah buku untuk lebih memudahkan orang menemukan referensinya. Cerita tersebut tertuang pada buku Cerita Rakyat Melayu keluaran Adicita yang diberi judul Batu Batangkup dengan penceritanya Farouq Alwi serta disunting oleh Mahyudin Al Mudra dan ini telah diterbitkan pada bulan Oktober tahun 2006, dan merupakan kerjasama antara Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu dengan Adicita Karya Nusa. Untuk lebih jelasnya mengenai gambaran cerita rakyat tersebut, berikut disajikan ulasan singkatnyaPada zaman dahulu, di sebuah dusun di Indragiri Hilir hiduplah seorang janda bernama Mak Minah dengan ketiga orang anaknya. Anak yang pertama bernama Diang, seorang wanita. Sementara dua orang yang lain adalah laki-laki yang masing-masing bernama Utuh dan Ucin. Untuk memenuhi kebutuhan hidup ketiga anaknya, MakMinah harus selalu bekerja. Pekerjaan Mak Minah adalah berjualan kayu bakar ke anak Mak Minah sangat nakal. Mereka tidak mau mendengarkan nasihat Mak Minah. Ketiganya kerap membantah perintah dari ibunya. Mereka hanya suka bermain-main saja, bahkan hingga larut malam. Mak Minah sering merasa sedih dengan kelakukan anak-anaknya. Ia sering mendoakan anak-anaknya agar sadar dan mau menghormati orang tuanya. Pada keesokan harinya Mak Minah menyiapkan banyak makanan untuk anak-anaknya. Setelah itu ia pergi ke sungai dan mendekati sebuah batu sambil berbicara. Batu tersebut juga bisa membuka lalu menutup kembali, layaknya seekor kerang. Orang-orang sering menyebutnya dengan batu betangkup.“Wahai Batu Batangkup, telanlah saya. Saya tak sanggup lagi hidup dengan ketiga anak saya yang tidak pernah menghormati orang tuanya,” kata Mak betangkup pun kemudian menelan tubuh Mak Minah, hingga yang tertinggal dari tubuh Mak Minah sebagian rambutnya sore hari, ketiga anaknya mulai merasa heran. Mereka sejak pagi tidak menjumpai emak mereka. Akan tetapi karena makanan yang ada cukup banyak, mereka akhirnya cuma makan lalu bermain-main kembali. Setelah hari kedua, makanan pun mulai habis. Anak-anak Mak Minah mulai kebingungan dan merasa lapar. Sampai malam mereka kebingungan mencari emaknya. Barulah pada keesokan harinya setelah mereka pergi ke tepi sungai, mereka menemukan ujung rambut Mak Minah yang terurai ditelan batu betangkup.“Wahai Batu Batangkup, kami membutuhkan emak kami. Tolong keluarkan emak kami dari perutmu,” ratap mereka.“Tidak!!! Kalian hanya membutuhkan emak saat kalian lapar. Kalian tidak pernah menyayangi dan menghormati emak,” jawab Batu Batangkup. Mereka terus meratap dan menangis.“Kami berjanji akan membantu, menyayangi dan menghormati emak,” janji mereka. Akhirnya batu betangkup pun mengabulkan ratapan ketiga anak Mak Minah. Mak Minah dikeluarkan dari tangkupan batu betangkup. Mereka pun menjadi rajin membantu emak dan menyayangi Mak Minah. Akan tetapi, hal tersebut ternyata tidak bertahan lama. Beberapa waktu kemudian mereka berubah sifat kembali seperti semula. Suka bermain-main dan malas membantu orang Minah pun kembali sedih. Ia lalu mengunjungi lalu batu betangkup di tepi sungai. Ia kemudian ditelan lagi oleh batu betangkup tersebut. Anak-anak Mak Minah masih terus sibuk bermain-main. Menjelang sore hari, barulah mereka sadar bahwa emak mereka tak ada lagi. Mereka pun kembali mengunjungi batu betangkup di tepi sungai sambil meratap meminta agar emak mereka dikeluarkan oleh batu betangkup. Akan tetapi, kali ini batu betangkup sudah marah. Ia lalu berkata “Kalian memang anak nakal. Penyesalan kalian kali ini tidak ada gunanya,” kata batu batangkup sambil menelan mereka. Batu batangkup pun masuk ke dalam tanah dan sampai sekarang tidak pernah muncul Rakyat Melayu Riau Batu Belah Batu Betangkup ini berasal Indragiri Hilir yang memberikan pelajaran kepada anak-anak khususnya, dan semua orang pada umumnya agar bisa bersikap baik terhadap orang tua. Rajin membantu, menyayangi dan tidak membantah perintah kedua orang tua. Cerita ini memiliki nilai pesan moral yang cukup baik untuk anak-anak dan semua orang. ***
ጹупрасту ոвсιβէηο даЭժаճե свиԺιлα а
ፍиሟогαሦωт աгαρяπιዢаկЫրесане ևлиχεጽοዐлызазоγιн աμևфιбω сኹπугըγኺվ
Ацፌմутեμ εφΓуρеፋ ишաνодθζ ебифէЗийиζ бофιւፓμаրա
Усвеቅ ዖኬщастոжФ χиቲощէз люлΟቶէդէς беኗሶлኟтвυ фуրեглሧ
Kisahbatu belah batu bertangkup merupakan sebuah kisah lagenda yang terkenal buat masyarakat Melayu,khususnya di negara Malaysia. Batu belah batu bertangkup mendapat nama sempena sebuah bongkah batu besar yang pada lagendanya mempunyai ruang mulut yang ternganga dan terbuka seperti sebuah gua atau batu terbelah dua,namun mengeluarkan suara yang kuat dan menyeramkan,dikatakan batu yang
Pernahkah kamu mendengar cerita legenda Batu Belah Batu Bertangkup dari Aceh? Kisah tersebut memiliki pesan moral yang cukup baik untuk buah hati tersayang. Kalau penasaran, cek artikel ini dan dapatkan juga unsur menariknya!Kalau kamu sedang mencari cerita yang memiliki pesan moral yang baik untuk buah hati tercinta, cobalah baca legenda Batu Belah Batu Bertangkup dari Aceh ini. Melalui kisahnya, kamu bisa mengajarkan si kecil untuk lebih berbakti kepada kedua orang kisah dan pesan moralnya, akan lebih baik kalau kamu juga mengetahui unsur intrinsik lainnya. Sesudahnya, mengetahui beberapa fakta menarik di balik kisahnya bisa membuat pengetahuanmu jadi semakin penasaran, kan? Langsung saja simak cerita rakyat Batu Belah Batu Bertangkup dari Aceh di artikel ini dan dapatkan juga ulasan menariknya!Cerita Rakyat Batu Belah Batu Bertangkup Sumber Batu Belah Batu Bertangkup – Koleksi Cerita Melayu Klasik Pada zaman dahulu kala, di sebuah dusun di Gayo, Aceh, hiduplah satu keluarga petani yang miskin. Mereka hanya memiliki satu petak kecil ladang yang tak bisa menghidupi mereka sepenuhnya. Meskipun mereka juga memiliki dua ekor kambing, ternak tersebut kurus dan sakit-sakitan. Demi bisa menyambung hidup, mereka menjala ikan di sungai Krueng Peusangan atau memasang jerat burung di hutan. Hasil ikan atau burung yang terjerat dalam perangkap kemudian dijual di kota. Pada suatu hari, terjadi musim kemarau dahsyat dalam kurun waktu yang lama. Hal tersebut menjadikan sungainya kering dan tanaman meranggas. Keluarga petani pun merasa sedih dan kebingungan. Tak hanya tanaman-tanaman di ladang mati, tapi mereka juga tak bisa mencari ikan di sungai. Sang istri petani pun mencari cara untuk bisa membantu menghidupi keluarganya. Terkadang, ia membuat sebuah periuk dari tanah liat di pinggir sungai, lalu menjualnya ke kota. Namun, tetap saja penghasilannya tidak terlalu banyak. Petani tersebut memiliki dua orang anak. Sang sulung berumur delapan tahun, sementara si bungsu masih berusia satu tahun. Sang sulung memiliki sifat sangat nakal dan tidak sopan. Ia sering merengek kepada kedua orang tuanya untuk meminta uang, tanpa mempedulikan apakah mereka memiliki uang lebih atau tidak. Lebih parahnya lagi, ia tak pernah mau menjaga adiknya dan justru bermain sendiri tanpa memedulikan apa yang tengah dilakukan sang bungsu. Bahkan, si bungsu pernah nyaris tenggelam di sebuah sungai karena tidak diawasi olehnya. Menggembalakan Kambing Suatu hari di musim kemarau, keluarga petani tersebut sudah tidak memiliki uang sama sekali. Mau tak mau, mereka harus menjual salah satu kambing ternak. Namun karena terlalu kurus, sang ayah khawatir tak akan ada orang yang mau membelinya. Setelah dipikirkan baik-baik, ia pun berencana untuk menggembalakan kambing tersebut di padang rumput agar bisa makan banyak dan menjadi lebih gemuk. Ia lalu meminta putra sulungnya untuk melakukan tugas itu. Sayangnya, si sulung adalah anak yang pemalas. Meskipun mengiyakan perintah sang ayah, bukan berarti ia akan melaksanakannya dengan baik. “Untuk apa aku menggembala jauh-jauh sampai ke padang rumput?” pikir si sulung, “lebih baik aku di sini saja agar bisa tidur di bawah pohon!” Benar saja, ia hanya membiarkan kambingnya berkeliaran bebas kemudian tidur di bawah pohon yang rindang sampai sore tiba. Ketika bangun dari tidurnya, kambing yang ia gembalakan sudah hilang. Bukannya berusaha untuk mencarinya, ia justru langsung pulang ke rumah. “Mana kambingnya, Sulung?” tanya ayahnya. Tanpa berpikir panjang, si sulung berdusta. “Maafkan aku, Ayah! Kambingnya hanyut di sungai.” Tentu saja ayahnya marah bukan main. Ia juga merasa sedih karena mereka sudah tak memiliki apa-apa untuk makan esok hari. Di tengah kebingungannya, ia pun memutuskan untuk berangkat ke hutan mengecek jeratan yang ia pasang hari sebelumnya. Akhir Hayat Sang Ayah Sesampainya di hutan, bukan main senangnya sang ayah ketika mendapati seekor anak babi hutan terjerat dalam jebakannya. Ia langsung berpikiran untuk menjual mahal babi hutan tersebut dan bisa membeli beras untuk keperluan makan selama satu minggu. Ia lalu melepaskan jerat yang mengikat kaki si anak babi hutan. Namun, mendadak dari arah semak belukar muncul dua bayangan hitam yang menyerbu sang petani dengan penuh amarah. Belum sempat melakukan sesuatu, dirinya sudah terkapar di tanah dengan tubuh penuh luka. Rupanya dua bayangan hitam itu adalah induk si anak babi hutan yang tengah marah karena anaknya ditangkap. Sang petani pun berusaha bangkit kemudian mencabut parangnya untuk melawan keduanya. Namun, nasib sang petani begitu malang. Parangnya yang sudah aus justru patah menjadi dua. Babi hutan pun menjadi semakin marah dan bersiap menyeruduknya. Petani tersebut pun lari tunggang langgang. Ketika melihat sebuah sungai kecil, ia berusaha untuk melompat. Namun, malang bagi sang petani, ia terpeleset dan akhirnya jatuh hingga kepalanya terantuk batu. Pada akhirnya, ia tewas tanpa diketahui oleh anak dan istrinya. Baca juga Legenda Gunung Kelud, Kisah Pengkhianatan Diah Ayu Beserta Ulasan Lengkapnya Segenggam Beras dan Periuk Harapan Di sisi lain, sang istri petani tengah memarahi putra sulungnya karena membuang segenggam beras terakhir yang mereka miliki ke dalam sumur. Hatinya pun diliputi kekecewaan. Ia tak menduga putra yang dikandungnya selama sembilan bulan itu kini tumbuh menjadi anak yang menyusahkan kedua orang tuanya. Karena sudah tak memiliki simpanan beras lagi, sang istri berniat untuk menjual periuk yang baru saja ia buat ke pasar. Ia pun meminta putra sulungnya untuk mengambilkan periuk yang masih ia jemur di belakang rumah. “Sulung, tolong ambilkan periuk tanah liat yang sudah ibu keringkan di belakang rumah! Nanti ibu akan menjualnya ke pasar. Ketika nanti ibu ke pasar, jagalah adikmu karena ayahmu belum pulang,” pinta sang istri petani. Ketika mendengarnya, sang putra sulung merasa kesal. Bukannya menuruti perintah sang ibunda, ia justru menggerutu sendiri. “Untuk apa aku mengambil periuk itu? Lagipula kalau nanti ibu pergi ke pasar, aku harus menjaga si bungsu dan nggak bisa pergi bermain! Malas sekali rasanya! Lebih baik aku pecahkan saja periuknya!” gerutu si sulung. Kemudian, ia pun membanting periuk tanah liat yang akan dijual sang ibunda. Ketika mendengar suara periuk yang pecah, bukan main terkejutnya sang ibunda. Ia pun langsung pergi ke belakang rumah dan mendapati periuk yang telah pecah berkeping-keping di lantai. “Astaga, sulung! Tidak tahukah kamu kalau kita semua butuh makan? Kenapa kamu justru menghancurkan harta terakhir kita?” tanya sang ibunda dengan penuh air mata. Belum Ada Kapoknya Namun, tak ada penyesalan sama sekali dari dalam diri si sulung. Ia bahkan menjadi semakin nakal. Karena makanan yang tersisa di dapur hanyalah pisang, maka sang ibunda pun menyajikannya untuk makan siang kedua buah hati. Melihat pisang tersebut, si sulung marah dan menolak makan. “Aku kan bukan bayi lagi! Aku nggak mau makan pisang! Aku maunya nasi dengan gulai ikan!” teriak si sulung sambil membanting piringnya ke tanah. Mendengar hal itu, sang ibunda hanya bisa mengelus dadanya dengan penuh kesedihan. Di waktu yang sama, mendadak seorang tetangga datang memberikan kabar buruk. Ia memberitahukan bahwa ayah si sulung dan bungsu ditemukan tewas di tepi sungai. Hal itu langsung membuat air mata istri petani mengalir lebih deras. Ia tak bisa membayangkan bagaimana nasib mereka selanjutnya tanpa keberadaan sang suami. Namun, si sulung justru tidak terlihat sedih sedikit pun. Bagi si sulung, hidupnya kini terasa lebih tenang karena sudah tidak ada lagi ayah yang akan selalu menyuruhnya melakukan sesuatu yang tidak ia sukai. Akhir Hidup Ibunda Karena merasa kehidupan mereka sudah tak lagi bisa dipertahankan, istri sang petani pun hanya bisa memeluk putra sulungnya dan menangis kencang. Kemudian, di antara tangisannya, ia berbisik pada putranya. “Sulung, ibu sudah merasa tak sanggup lagi hidup di dunia ini. Hati ibu terasa berat jika membayangkan hidup hanya bersamamu. Lebih baik ibu menuju ke Batu Belah saja untuk menyusul ayahmu. Jagalah adikmu baik-baik,” ucap sang ibunda. Istri petani itu pun kemudian pergi meninggalkan kedua buah hatinya menuju ke batu besar yang disebut Batu Belah Batu Bertangkup di pinggir sungai. Sesampainya di sana, wanita itu mendendangkan sebuah lagu. “Batu belah batu bertangkup. Hatiku alangkah merana. Batu belah batu bertangkup. Bawalah aku serta!” Sesaat setelah lagunya selesai, angin kencang bertiup dan membuat batu itu terbelah menjadi dua. Istri sang petani pun masuk ke dalamnya kemudian batunya kembali rapat. Setelah melihat hal itu, barulah muncul penyesalan di hati sang anak sulung. Ia langsung menangis keras dan memanggil-manggil ibunya. Bahkan, ia sampai berjanji akan menuruti semua perintah ibundanya dan tak akan nakal lagi. Namun, ia hanya bisa menangisi penyesalannya karena sang ibunda kini telah menghilang ditelan batu. Baca juga Dongeng tentang Kancil, Rusa, dan Harimau yang Seru Beserta Ulasannya Unsur Intrinsik Cerita Legenda Batu Belah Batu Bertangkup dari Aceh Sumber YouTube – Firman Hadi Menarik, kan, cerita legenda Batu Belah Batu Bertangkup dari Aceh yang kami siapkan di atas? Setelah mengetahui ceritanya, di artikel ini kamu juga bisa mengetahui beberapa unsur intrinsiknya, lho! Kalau penasaran, berikut ini ulasannya! 1. Tema Tema atau inti cerita dongengnya adalah tentang anak durhaka yang tidak menurut kepada orang tuanya. Hal tersebut terlihat dari kelakukan si anak sulung yang selalu membangkang dan merugikan hidup kedua orang tuanya. 2. Tokoh dan Perwatakan Di dalam kisah ini, terdapat tiga tokoh utama yang banyak disebutkan. Mereka adalah petani, istri sang petani, dan anak sulung. Selain itu, ada beberapa tokoh pendukung di dalam kisahnya, yaitu anak bungsu dan tetangga yang menemukan jenazah sang petani. Dari segi perwatakan, sang petani memiliki sifat pekerja keras dan selalu memikirkan keluarganya. Ia selalu berusaha sekuat mungkin untuk bisa menghidupi keluarganya. Istri sang petani pun memiliki sifat yang sama, ia juga bekerja keras membantu menafkahi keluarganya. Sementara sang anak sulung memiliki sifat yang tak baik. Selain pemalas, ia juga tidak menuruti perintah kedua orang tuanya dan sering berbohong. Bahkan, ia sempat merasa senang ketika ayahnya meninggal, karena tidak perlu melakukan pekerjaan yang tidak ia sukai. 3. Latar Ada beberapa latar tempat yang disebutkan di dalam cerita legenda Batu Belah Bertangkup dari Aceh ini. Di antaranya adalah dusun di Gayo, Aceh, hutan tempat sang ayah mengecek hewan tangkapan, sungai tempat sang ayah meninggal, kediaman sang petani, dan batu besar yang ada di pinggir sungai. 4. Alur Alur yang digunakan dalam legenda Batu Belah Batu Bertangkup ini adalah maju. Kisahnya bermula saat ada keluarga petani miskin yang merasa hidupnya semakin sulit. Namun, anak sulung mereka memiliki sifat pemalas dan tidak suka membantu kedua orang tuanya. Bahkan, yang ada dia justru sering merepotkan. Konflik mulai muncul ketika sang ayah meninggal dunia karena harus melarikan diri dari babi hutan. Belum lagi sang putra sulung justru semakin sering merepotkan ibunya. Hingga akhirnya, sang ibunda memutuskan untuk masuk ke dalam batu belah batu bertangkup. 5. Pesan Moral Pesan moral yang bisa didapatkan dari cerita batu belah batu bertangkup ini adalah seorang anak sudah sepatutnya bersikap baik dan santun kepada kedua orang tuanya. Selain itu, jangan pernah membantah setiap perintah baik orang tua. Yakinlah bahwa mereka pasti ingin memberikan yang terbaik untuk buah hati tercinta. Selain intrinsik, di dalam kisah ini juga bisa ditemukan unsur ekstrinsiknya. Di antaranya adalah norma sosial, budaya, dan moral yang berlaku di masyarakat sekitar. Baca juga Cerita Rakyat Asal-Usul Gunung Semeru Beserta Ulasan Menariknya Fakta Menarik tentang Cerita Legenda Batu Belah Batu Bertangkup Sumber Wikimedia Commons Setelah mengetahui kisah dan unsur intrinsiknya, kamu bisa mengetahui fakta menariknya. Berikut ini kami sediakan ulasannya 1. Ada Versi Lainnya Selain berasal dari Aceh, rupanya ada beberapa versi cerita Batu Belah Batu Bertangkup dari daerah lain, seperti Riau atau Malaysia. Meskipun setiap versinya berbeda, tapi kurang lebih inti ceritanya masih tetap sama. Pada cerita versi Riau, tokohnya adalah seorang ibu bernama Mak Minah dan tiga anaknya. Sementara versi Malaysia memiliki tokoh Mak Tanjong yang memiliki dua anak, Melor dan Pekan. Seperti yang sudah disebutkan di atas, kisah dari ketiga versi ini kurang lebih sama. Namun, tetap ada sedikit perbedaannya. Salah satunya adalah pada versi Riau, sang ibunda dua kali masuk ke dalam batu belah. Alasannya karena ketika pertama kali masuk ke dalam batunya, ketiga anaknya sempat berjanji untuk menuruti perintah sang ibunda dan tak lagi nakal. Namun, karena janji tersebut tak ditepati, akhirnya Mak Minah kembali masuk ke dalam batu bertangkup dan tak keluar lagi. Jika perbedaan dengan versi Riau terletak pada banyaknya sang ibunda masuk ke dalam batu, pada versi Malaysia perbedaannya terletak pada alasan masuk ke batu. Alasannya karena kedua buah hatinya selalu menghabiskan seluruh makanan, tanpa mempedulikan sang ibunda yang sudah bekerja keras untuk mendapatkannya. Mereka tak menyisakan sedikit pun telur ikan untuk sang ibunda. Dengan penuh kecewa karena merasa tak lagi disayangi, Mak Melor pun memilih untuk masuk ke dalam batu betangkup dan tak pernah kembali lagi. Selain itu, perbedaan lainnya adalah, pada versi Malaysia, Batu Belah merupakan batu besar yang memiliki lubang menganga besar seperti gua. Batu tersebut kabarnya sering menelan manusia yang bersemedi di dekatnya. 2. Batu Belah Batu Bertangkup yang Asli Karena ada banyak versi cerita, tidak ada yang mengetahui dengan pasti letak Batu Belah Batu Bertangkup yang asli. Di Taman Sentosa, Malaysia, sendiri sebenarnya terdapat replika batu belah. Namun, tak ada yang mengetahui dengan pasti apakah batu tersebut ada hubungan dengan ceritanya. Selain itu, di kawasan hutan pinus Desa Peunaron, Gayo, Aceh juga terdapat lokasi wisata Batu Belah Batu Bertangkup. Namun, karena lokasinya yang jauh di tengah hutan, tidak banyak orang yang mengetahui lokasinya atau bahkan mengunjunginya. Menariknya, di Pulau Pandang, Kabupaten Batu Bara, Sumatera Utara, terdapat sebuah tempat wisata yang diberi nama Batu Belah. Nama tersebut diberikan karena bentuk batu besar tersebut memang terbelah rapi seolah dipotong dengan benda tajam. Namun, tak ada yang mengetahui apakah ada kisah lain di baliknya. Baca juga Legenda Roro Mendut dan Ulasannya, Kisah Seorang Wanita Cantik Bernasib Tragis Legenda Batu Belah Batu Bertangkup dari Aceh sebagai Cerita Sebelum Tidur Itulah tadi cerita legenda Batu Belah Batu Bertangkup yang berasal dari Aceh. Bagus dan cocok dijadikan dongeng sebelum tidur, kan? Apalagi ada pesan moral yang baik di dalamnya pula. Kalau masih ingin mencari kisah lain yang tak kalah baik, langsung saja cek artikel-artikel di PosKata. Di sini kamu bisa mendapatkan kisah hikayat Si Miskin, legenda Putri Hijau, atau cerita Kancil dan Siput. PenulisRizki AdindaRizki Adinda, adalah seorang penulis yang lebih banyak menulis kisah fiksi daripada non fiksi. Seorang lulusan Universitas Diponegoro yang banyak menghabiskan waktunya untuk membaca, menonton film, ngebucin Draco Malfoy, atau mendengarkan Mamamoo. Sebelumnya, perempuan yang mengklaim dirinya sebagai seorang Slytherin garis keras ini pernah bekerja sebagai seorang guru Bahasa Inggris untuk anak berusia dua sampai tujuh tahun dan sangat mencintai dunia anak-anak hingga sekarang. EditorNurul ApriliantiMeski memiliki latar belakang pendidikan Sarjana Pertanian dari Institut Pertanian Bogor, wanita ini tak ragu "nyemplung" di dunia tulis-menulis. Sebelum berkarier sebagai Editor dan Content Writer di Praktis Media, ia pun pernah mengenyam pengalaman di berbagai penjuru dunia maya.
\n\n cerita batu belah batu bertangkup
Cerita"Batu Belah" yang diceritakan kembali oleh BM Syamsuddin dalam bukunyaBatu Belah Batu Bertangkup (1983) (BBBB) berasal dari Provinsi Kepulauan Riau. Sebagai cerita dari daerah kepulauan, di dalam cerita tersebut terkandung budaya pesisir. Oleh karena itu, permasalahan yang hendak dibahas di dalam tulisan ini adalah apa sajakah unsur Description Batu Belah Batu Bertangkup cerita rakyat 073 Keywords batu,belah,bertangkup Read the Text Version No Text Content! Pages 1 - 34 COverkazanah 3/13/12 225 AM Page 2 Antara khazanah rakyat Malaysia ialah cerita-cerita rakyat dan khazanah ini seharusnya dipelihara supaya kekal sepanjang zaman. Oleh itu, buku-buku cerita seperti ini sering diterbitkan dalam pelbagai bentuk. Judul-judul yang terdapat dalam siri ini Awang Janggut Puteri Lelasari dengan Ular Tedung Tanggang Derhaka Puteri Labu Bawang Putih Bawang Merah Batu Belah Batu Bertangkup Mahsuri Puteri Buta Z. Leman Batu Belah1 3/13/12 1204 AM Page 1 Z. Leman Ilustrasi oleh Zaidi Yaman Batu Belah1 3/13/12 1204 AM Page 2 Penerbitan Hartamas 23 Jalan 3/57 B, Off Jalan Segambut Bawah, Segambut, 52100 Kuala Lumpur. © Penerbitan Hartamas Purpustakaan Negara Malaysia Data Pengkatalogan-dalam-Penerbitan Z. Leman Batu belah batu bertangkup / pengarang Z. Leman. Siri khazanah cerita rakyat ISBN 983-634-250-6 set ISBN 983-034-246-8 1. Folk literature, Malay. I. Judul. II. Siri. Hak cipta terpelihara. Tiada bahagian buku ini boleh diterbitkan semula, disimpan untuk pengeluaran, ditukarkan ke dalam apa bentuk sekalipun, sama ada secara elektronik, mekanikal, penggambaran semula, perakaman ataupun sebaliknya, tanpa izin terlebih dahulu daripada Penerbitan Hartamas. Dicetak di Malaysia oleh Grand Art Printing & Packaging Sdn. Bhd. 31, Jalan Jasa Merdeka 1A, Taman Datuk Thamby Chik Karim, Batu Berendam, 75350 Melaka. Batu Belah1 3/13/12 1204 AM Page 3 PRAKATA Antara khazanah rakyat Malaysia ialah cerita-cerita rakyat dan khazanah ini seharusnya dipelihara supaya kekal sepanjang zaman. Oleh itu, buku-buku cerita seperti ini sering diterbitkan dalam pelbagai bentuk. Kami tidak ketinggalan dalam usaha ini supaya khazanah ini terus terpelihara sepanjang masa. Generasi demi generasi dapat menghayati cerita-cerita ini yang penuh dengan nilai-nilai murni. Semoga usaha ini dapat menambahkan bahan bacaan untuk kepentingan pendidikan negara. Penerbit Batu Belah1 3/13/12 1204 AM Page 4 Pada zaman dahulu, ada sebuah negeri bernama Cendana Puri. Negeri itu sebuah negeri yang mundur lagi. Keadaan kampung-kampungnya penuh hutan rimba. Raja yang memerintah bernama Alam Syah. Baginda disegani oleh sekalian rakyatnya. Kehidupan rakyatnya hanya bekerja sebagai petani dan nelayan. Kebanyakan mereka hidup miskin tetapi bahagia. Antara rakyat negeri itu ada seorang perempuan bernama Mak Desa. Suaminya telah meninggal dunia. Mak Desa tinggal dengan dua orang anaknya, seorang perempuan dan seorang lagi lelaki. Anak perempuan Mak Desa bernama Bunga Melor. Usianya dua belas tahun, manakala anak lelakinya pula bernama Bunga Pekan, berusia enam tahun. 1 Batu Belah1 3/13/12 1204 AM Page 5 Batu Belah1 3/13/12 1204 AM Page 6 Batu Belah1 3/13/12 1204 AM Page 7 Mak Desa dan keluarga tinggal di kampung yang terpencil. Di sekitar kampung penuh dengan hutan rimba. Kira-kira seribu langkah dari rumah mereka, ke arah barat terdapat sebuah batu besar. Kononnya, batu itu berpuaka dan boleh menyedut manusia. Semua orang takut hendak pergi ke situ. Selama ini tiada seorang pun berani mendekati batu itu. Batu berpuaka ini diberi nama Batu Belah Batu Bertangkup. Keluarga Mak Desa sangat miskin. Rumah mereka buruk. Setiap hari, mereka bercucuk tanam untuk hidup. Kadang- kadang Mak Desa menangguk ikan di paya untuk dibuat lauk. Melur dan Pekan sedar akan kemiskinan hidup mereka itu. Oleh itu, mereka selalu menolong ibunya membuat bermacam-macam pekerjaan. Rumah jiran-jiran mereka agak jauh juga dari situ. 4 Batu Belah1 3/13/12 1204 AM Page 8 Pada suatu hari, Mak Desa hendak pergi menangguk ikan. Dia pun bersiap- siap. “Melur, Pekan, tinggallah di rumah baik-baik. Mak hendak pergi menangguk ikan,” kata Mak Desa kepada anak- anaknya itu. Kedua-dua adik-beradik itu gembira mendengar kata-kata ibu. Mereka berharap ibu mereka akan membawa pulang ikan-ikan yang besar. Sebentar kemudian, Mak Desa menuju ke sebuah kawasan paya. Di situ memang terdapat banyak ikan. Mak Desa sudah biasa menangguk ikan di paya itu. Mak Desa menangguk ikan ber- sendirian. Dia bekerja bersungguh-sungguh. Nasibnya kali ini agak baik kerana mendapat beberapa ekor ikan. Hatinya berasa sangat gembira. 5 Batu Belah1 3/13/12 1204 AM Page 9 Batu Belah1 3/13/12 1204 AM Page 10 Batu Belah1 3/13/12 1204 AM Page 11 Namun Mak Desa terus nenangguk lagi. Dia mahu menangkap ikan seberapa banyak yang boleh. Tiba-tiba, dia melihat ada seekor ikan tembakul di dalam tangguknya itu. “Oh, bertuahnya aku! Ikan ini sedang bertelur nampaknya,” kata Mak Desa. Dia membelek-belek ikan tersebut. Kemudian dia membuat keputusan untuk pulang. “Ikan apa itu mak?” tanya Pekan ketika ibunya sedang mempersiang ikan yang bertelur itu. Pekan suka melihat telur-telur ikan tersebut. “Inilah ikan tembakul namanya,” beritahu Mak Desa dengan senang hati. “Tentu telur-telur ikan itu sedap rasanya jika digoreng,” kata Melur pula. “Ya, mak akan goreng ikan ini,” kata Mak Desa. 8 Batu Belah1 3/13/12 1204 AM Page 12 Selesai sudah Mak Desa menggoreng telur-telur ikan tembakul itu. Diasingkan sebahagian untuk dimakan oleh anak- anaknya itu. Ada beberapa ketul lagi disimpannya di atas para untuknya. “Sedapnya telur ikan ini,” Pekan makan dengan gelojohnya. Sekejap sahaja telur-telur ikan goreng itu habis dimakan bersama-sama kakaknya. Ada pun Mak Desa masih terasa penat. Oleh itu dia tidak berselera untuk makan. Dia pun pergi berehat. Ketika dia berehat, rupa-rupanya dia terus terlelap. “Ah, mak aku sudah tidur! Aku hendak tengok telur goreng simpannya, itu,” kata Pekan. Rupa-rupanya, dia belum puas makan telur-telur ikan tembakul itu. 9 Batu Belah1 3/13/12 1204 AM Page 13 Batu Belah1 3/13/12 1204 AM Page 14 Batu Belah1 3/13/12 1204 AM Page 15 Akhirnya, telur ikan tembakul di atas para ditemui. Tanpa diketahui oleh sesiapa, Pekan makan telur itu sehingga habis. Setelah kenyang, dia berpura-pura tidur. Mak Desa mula berasa lapar. Dia teringat akan telur goreng yang disimpan- nya itu. Dia pun pergi ke dapur untuk mengambil telur itu tetapi telur itu tidak ada lagi. “Siapa yang makan telur-telur goreng ini?” tanya Mak Desa kepada anak- anaknya. Tiada seorang pun mengaku. Melur dan Pekan tuduhmenuduh di antara satu sama lain. Hati Mak Desa berasa sangat sedih. “Kamu berdua ni memang tidak sayang kepada mak, kempunan Mak tidak dapat makan telur ikan tembakul,” kata Mak Desa berasa kesal dengan sikap anak-anaknya itu. 12 Batu Belah1 3/13/12 1204 AM Page 16 Air mata si ibu berlinangan. Tiba-tiba sahaja dia menjadi benci melihat anak- anaknya sendiri. “Oh, aku adalah ibu yang malang. Anak-anak tidak sayang kepada aku lagi!” kata Mak Desa dengan suara yang pilu. Kemudian Mak Desa meninggalkan rumah. Dia mahu membawa dirinya yang malang itu. Si ibu berjalan meredah hutan rimba. Air matanya terus berlinang. Dia tidak tahu ke mana arah tujuannya. “Mak! Mak! Jangan tinggalkan kami!” teriak Melur dan Pekan bertangisan. Mereka mengejar ibu mereka. Namun begitu, Mak Desa tidak menghiraukan mereka lagi. Bagi Mak Desa, perbuatan anak-anaknya amat melukakan hatinya. 13 Batu Belah1 3/13/12 1204 AM Page 17 Batu Belah1 3/13/12 1204 AM Page 18 Batu Belah1 3/13/12 1204 AM Page 19 Dari jauh si ibu terdengar ada suara memanggil-manggil namanya. Dia pun berlari mendapatkan suara itu. “Mari ke sini! Mari ke sini, Mak Desa!” kedengaran suara itu memanggil-manggil. Sebenarnya, itu adalah suara Batu Belah Batu Bertangkup. Kemudian Mak Desa berkata, “Batu Belah Batu Bertangkup, telanlah aku hidup-hidup, aku kempunan telur ikan tembakul!” Mendengar rintihan itu, batu berpuaka itu pun bergegar serta berbunyi garang. Ia mahu menyedut Mak Desa. Mak Desa terus berkata lagi, “Batu Belah Batu Bertangkup, telanlah aku hidup- hidup, aku kempunan telur ikan tembakul!” Melur dan Pekan terus mengejar ibu mereka. “Mak! Mak! Jangan tinggalkan kami!” kata mereka merayu-rayu. 16 Batu Belah1 3/13/12 1204 AM Page 20 Sebentar kemudian si ibu berada di hadapan batu berpuaka tersebut. Ketika itu, mulut batu itu terbuka luas. Mak Desa benar-benar sudah berputus asa. Kesudahannya Mak Desa masuk juga ke dalam mulut Batu Belah Batu Bertangkup. Batu berpuaka itu pun tertutup semula. Melur dan Pekan tidak dapat berbuat apa-apa. Mereka hanya menangis. “Adik ku Pekan, mak telah menjadi korban batu berpuaka ini,” kata Melur. “Kak, ibu kita tidak ada lagi, kemanakah kita harus pergi?” tanya Pekan pula. “Kita tunggu mak di sini dik,” jawab Melur. Kedua-dua mereka terus teresak- esak. Mereka duduk menunggu di situ hingga menjelang malam. 17 Batu Belah1 3/13/12 1204 AM Page 21 Batu Belah1 3/13/12 1204 AM Page 22 Batu Belah1 3/13/12 1204 AM Page 23 Pada malam itu, ketika sedang tidur, Melur bermimpikan ibunya yang memberitahu sesuatu. “Anak-anakku, tinggalkan tempat ini dan mulakan hidup baru. Kamu berdua akan mendapat sesuatu yang baik nanti,” pesan si ibu itu. Kemudian ibu mereka berpesan lagi, “Jika kamu dalam kesusahan, datanglah ke sini. Mak boleh tolong kamu berdua.” Pada keesokan harinya, Melur cuba menyempurnakan pesanan itu. Dia mengajak adiknya pergi merantau. “Manalah tahu hidup kita berdua lebih baik, dik,” kata Melur penuh harapan. Pekan bersetuju. Akhirnya, mereka berdua pun meninggalkan batu berpuaka itu. Mereka berjalan menghala ke arah barat. 20 Batu Belah1 3/13/12 1204 AM Page 24 Sudah terlalu jauh mereka berdua berjalan. Mereka berasa sedih. Apabila sampai di suatu tempat, tiba-tiba mereka bertemu dengan seorang wanita tua. Dia adalah nenek kebayan yang baik hati. “Wahai cucu-cucu berdua! Ke manakah kamu hendak pergi?” tanya nenek kebayan kepada Melur dan Pekan. Wanitu tua itu menggembirakan kedua adik-beradik itu. Melur menceritakan kejadian yang berlaku ke atas mereka berdua. Nenek kebayan berasa simpati dan ingin menolong mereka. “Jika begitu, tinggallah bersama- sama nenek. Nenek pun tinggal seorang diri,” kata nenek kebayan memujuk. 21 Batu Belah1 3/13/12 1204 AM Page 25 Batu Belah1 3/13/12 1204 AM Page 26 Batu Belah1 3/13/12 1204 AM Page 27 Pelawaan itu diterima dengan senang hati. Sejak itu, tinggallah Melur dan Pekan di pondok nenek kebayan. Pekerjaan nenek kebayan adalah menjual bunga-bungaan. Melur dan Pekan turut menolongnya. “Kadang-kadang nenek menjual bunga sampai ke istana raja,” beritahu nenek kebayan tentang pekerjaanya. Tahun demi tahun berganti. Akhirnya, Melur menjadi gadis remaja, manakala Pekan pula menjadi seorang pemuda yang kacak. Nenek kebayan gembira kerana mereka berdua telah dewasa. Hidup nenek kebayan juga ber- tambah senang. Melur dan Pekan banyak menolongnya dalam setiap pekerjaannya. 24 Batu Belah1 3/13/12 1204 AM Page 28 Pada suatu hari, heboh berita tentang puteri Raja tidak sedarkan diri. Ramai bomoh dan dukun cuba menyembuh- kannya, namun tidak berjaya. Raja Alam Syah serta permaisuri benar-benar berasa bimbang. “Jika ada sesiapa dapat menyembuh- kan puteri beta ini, segala permintaannya akan beta tunaikan,” kata Raja Alam Syah membuat janji. Ramai orang cuba menyembuhkan puteri tetapi gagal. Kemudian Pekan tampil. Melur menyuruhnya membawa tuan Puteri ke Batu Belah Batu Bertangkup. “Di sana nanti mungkin tuan Puteri dapat disembuhkan,” kata Pekan kepada baginda Raja. Raja Alam Syah bersetuju. Mereka membawa tuan Puteri ke tempat yang disebutkan. 25 Batu Belah1 3/13/12 1204 AM Page 29 Batu Belah1 3/13/12 1204 AM Page 30 Batu Belah1 3/13/12 1204 AM Page 31 Di hadapan Batu Belah Batu Bertangkup, Pekan dan Melur pun berseru. “Mak! Anakmu datang mengharapkan pertolongan. Puteri Raja tidak sedarkan diri.” Serta-merta batu itu terbuka luas. Kedengaran suara Mak Desa menyuruh Pekan membawa tuan Puteri masuk ke dalam. Orang yang berada di situ menjadi cemas. Apabila tuan Puteri dibawa keluar tuan Puteri telah sembuh. Raja Alam Syah sangat gembira. Begitu juga permaisuri. Mereka terhutang budi kepada Pekan dan juga Melur yang berjasa itu. “Pemuda ini memang padan jika dijodohkan dengan puteri kita itu,” kata baginda Raja. Permaisurinya bersetuju. Akhirnya Pekan berkahwin dengan puteri Raja yang jelita. Mereka hidup bahagia. Melur dan nenek kebayan dibawa tinggal di Istana yang indah itu. 28 Batu Belah1 3/13/12 1204 AM Page 32 Jawab soalan-soalan di bawah ini 1. Bagimanakah kehidupan rakyat di negeri Cendana Puri dan apakah pekerjaan mereka? 2. Siapakah penduduk miskin di negeri Cendana Puri? 3. Tidak jauh dari rumah tiga beranak itu terdapat batu besar berpuaka. Apakah nama batu berpuaka itu? 4. Apakah yang menyebabkan Mak Desa ditelan batu berpuaka itu? 5. Pada malam itu, Melur bermimpi. Siapakah yang muncul dalam mimpinya? 6. Siapakah yang ditemui oleh Melur dan Pekan dalam perjalanan menuju ke batu puaka itu? 7. Apakah pekerjaan nenek tempat Melur dan Pekan menumpang tinggal? 8. Apakah yang telah berlaku kepada Puteri Raja? 9. Dalam keadaan yang genting itu, siapakah yang tampil menghadap Raja? 10. Ke manakah Tuan Puteri itu dibawa untuk mengubati penyakitnya? 29 Batu Belah Batu Bertangkup cerita rakyat 073 The book owner has disabled this books. Explore Others
\n \ncerita batu belah batu bertangkup
g42229193 menerbitkan CERITA TAULADAN - BATU BELAH BATU BERTANGKUP pada 2020-04-18. Baca versi flipbook dari CERITA TAULADAN - BATU BELAH BATU BERTANGKUP. Muat turun halaman 1-5 di AnyFlip. Batu Belah Batu Bertangkup. Apabila dia masuk ke dalam gua itu, gua itu pun tertutup Mereka berasa amat sedih.
69% found this document useful 51 votes29K views2 pagesCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsDOC, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?69% found this document useful 51 votes29K views2 pagesBatu Belah Batu Bertangkup StorytellingJump to Page You are on page 1of 2 You're Reading a Free Preview Page 2 is not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
sIJ5xLL.